Minggu, 24 Januari 2010

KAU MEMBUATKU BANGGA , KAWAN

Aku selalu bangga padamu…

Banyak hal yang aku dapat dari mengenalmu. Mulai dari kekerasan hatimu, keterbukaanmu, kejengkelanmu, keegoisanmu. Semua mengalir seiring dengan berjalannya waktu yang tak pernah mau menunggu. Tak ada yang mampu untuk mengetahui apa yang akan terjadi dalam alur kehidupanya kelak, begitu juga perkenalan kita dan pertemanan yang terjalin, sampai hari ini aku mengenalmu sebagai seseorang yang selalu membuatku bangga… namun tak pernah kita ketahui kelak, sampai dimana kebanggan ini akan ada padaku.

Aku selalu bangga padamu….

Berbagai bunga kehidupan menghiasi tepian jalan yang telah berlalu, seakan kembali menebar benih baru ke arah yang belum terlalui. Itu terjadi setelah persahabatan, pertemanan ,atau apalah namanya antara kita harus terbatas oleh aturan Tangan Sang Pengatur, dan aku yakin kamu faham itu. Terkadang aku menganggap bahwa kau bukan sekedar temanku, bukan sekedar sahabatku… namun kenyataan lain membantah dan tetap bertahan bahwa kau akan terus membuatku bangga.

Aku akan terus bangga padamu..

Kau telah membuatku tak pernah berjalan sendiri, saat ku butuhkan pegangan dari keterpurkan dan kelabilan perasaan, seperti angin di tengah hari yang gersang kau datang dengan lembut memberiku kesejukan. Meski terkadang dengan bahasa yang sebenarnya hanya untuk membangkitku dari keterpurukanku… meski demikian, kebanggaanku padamu masih juga bersemi.

Aku bangga, namun tak melebihi kebangganku pada Yang Maha Pencipta…..

http://www.facebook.com/note.php?created&&suggest&note_id=265424892468

Jumat, 22 Januari 2010

Sinopsis "NEGERI 5 MENARA"




Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.

Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar. Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.

copy by SINOPSIS Gramedia Shop